4 Pesan Bupati Suyoto Pada Wisudawan STIKES Icsada
Sabtu, 24 September 2016 22:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro Kota-Bertempat di gedung Serba Guna, Sabtu (24/09/2016) pagi tadi keluarga besar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada (STIKES Icsada) Bojonegoro melaksanakan wisuda S1 Ilmu Keperawatan, D III kebidanan serta pelantikan Ners tahun akademik 2015/ 2016.
Dalam rapat senat terbuka wisuda dan dies natalis ke VII ini diikuti oleh 9 Prodi Kebidanan, 37 S1 keperawatan dan 50 untuk Profesi Ners.
Bupati Bojonegoro Suyoto dalam orasinya mengatakan bahwa semangat sebagian besar orang saat ini bagaimana merebut warisan. Mereka yang berpikir mengambil kekayaan sumber daya alam baik hutan dan laut maka bila mendapatkan kesempatan mereka mengambil warisan kekayaan alam ini dengan mendirikan perusahaan untuk mengeksplorasi kekayaan.
“Mereka adalah golongan orang yang merebut warisan. Kultur ini membudaya dalam kehidupan kita adalah kita sering menimang anak anak dengan harapan kelak agar menikah dengan orang kaya. Lebih-lebih anak tunggal, supaya warisannya banyak. Sedangkan semangat, cara hidup yang mengandalkan warisan justru membuat kita makin terpuruk,” kata Kang Yoto.
Dicontohkan Kang Yoto, kondisi rel kereta api, irigasi dan hutan jauh lebih rusak dibandingkan jaman Belanda. Belanda memang menjajah, namun memiliki semangat untuk menjaga dan melestarikan sumber daya alam. Namun sejak kemerdekaan, eksplorasi besar besar-besaran terhadap kekayaan sumber daya alam. “Ini adalah buah alam pikir merebut dan mengambil warisan. Lalu dengan isu HAM seakan-akan semuanya benar. Keadilan yang dimaksud distribusif bukan partisipatif. Keadilan di mana semua orang punya hak dan kewajibannya,” katanya.
Bupati dalam kesempatan ini berpesan empat hal kepada seluruh mahasiswa untuk menjadi orang orang yang mampu menciptakan warisan, yaitu modal ekonomi, modal budaya dan modal politik, dan modal sosial. Bupati menyatakan bahwa saat ini di Bojonegoro sudah tidak bisa lagi mengandalkan pertanian apalagi migas.
“Terlebih lagi, migas telah membuktikan bahwa naik turun dan tidak bisa diprediksi. Oleh karenanya saat ini Bojonegoro mengembangkan sektor industri pedesaan dan pemerintah memberikan insentif, industri manufaktur dan industri kreatif,” pungkasnya. (her/moha)