Selamat Datang Haji Mabrur
Minggu, 09 Oktober 2016 22:00 WIBOleh Totok AP
Oleh Totok AP
"Dadi haji mabrur kuwi cara gampange, wong sing wis haji iku gampang tengeranne, nek wis balik, wong kuwi tambah loman. Samubarang nek menehi nyah-nyoh wae marang liyan."
"Sak liyane iku ya kudu tambah sengkud lehe ibadah. Jamaahe sengkud, sak durunge azan wis teka ndisik, karo tangga teparo ya grapyak semanak, kabeh solah bawane manfaati."
Inilah pesan yang didengar penulis dari seorang penceramah saat acara syukuran pemberangkatan salah satu jamaah calon haji di Bojonegoro, beberapa waktu lalu.
Pesan ini mungkin cocok untuk menyambut kedatangan jemaah haji Kloter 49 dan 50 asal Bojonegoro pada Sabtu pagi 8 Oktober 2016 dan Minggu pagi 9 Oktober 2016.
Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kira-kira pengertiannya seperti ini.
"Cara mudah melihat ciri haji mabrur itu, bisa dilihat ketika orang berhaji itu kembali ke rumah atau kampungnya, dia itu berubah menjadi orang yang semakin dermawan. Kalau memberi orang itu tidak lagi perhitungan.”
“Selain itu seorang haji mabrur itu juga meningkat ketekunan dalam beribadah. Dalam berjamaah salat, sebelum azan dia sudah datang ke masjid. Dengan tetangga atau sesama juga semakin akrab dan setia, murah senyum, semua perilakunya selalu membawa manfaat.”
Jika menelaah pesan-pesan itu tampaknya menyandang gelar haji berat konsekuensinya. Beban berat itu melekat secara rohani dan jasmani. Sebab, orang berhaji setelah pulang ke kampung halaman dituntut meningkat komitmen sosialnya.
Contohnya, ya tambah dermawan, peduli lingkungan sekitar, murah senyum dan ringan tangan membantu sesama. Selain itu, jangkauan amal dan ibadahnya juga bertambah luas. Ini yang disebut sebagai haji mabrur.
Dari beberapa sumber pustaka diketengahkan bahwa haji mabrur itu ditandai dengan membekasnya makna simbol amalan yang dilaksanakan di tanah suci. Makna simbol itu lalu terwujud atau diupayakan terwujud dalam bentuk sikap perilaku sehari-hari.
Secara bahasa kata mabrur berasal dari bahasa Arab dengan akar kata “barra” yang artinya berbuat baik atau patuh. Kemudian menjadi “birrun atau al-birru, yang berarti kebaikan.
Karena itu, sering haji mabrur diterjemahkan sebagai haji yang diterima dan mendapat kebaikan Allah SWT, sehingga pelakunya menjadi baik. Jadi, haji mabrur adalah orang berhaji yang setelah pulang ke kampung halaman memiliki komitmen sosial lebih kuat. Komitmen sosial itulah yang menjadi indikasi dari kemabruran haji. (*/tap)
*) tulisan ini pernah terbit di rubrik yang sama setahun lalu