Novel Inferno karya Dan Brown (2013)
Memecahkan Teka-Teki Puisi Dante Bersama Robert Langdon
Jumat, 14 Oktober 2016 19:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Dan Brown selalu menulis karya fiksi dengan ramuan karya seni, kesusastraan, referensi sejarah, serta data statistik yang nyata. Hal tersebut membantu pembaca untuk benar-benar masuk ke dalam cerita. Gedung-gedung bersejarah, puisi-puisi, patung serta lukisan, sampai data populasi dunia yang disuguhkan dalam novel ini nyata.
Hal itu pula yang menjadi kekuatan karya Dan Brown. Pembaca seolah olah menerima bahwa apa yang dipapar Brown bukanlah fiksi. Kita tentu ingat kasus The Da Vinci Code. Novel Brown kedua itu mendapat respon cukup besar dari masyarakat di dunia karena paparan Brown dalam novel itu yang seolah-olah nyata. Dia mengungkap semacam fakta yang menggemparkan Gereja Vatikan. Meskipun Brown berkali kali mengukuhkan bahwa dia menulis fiksi, bukan buku sejarah atau ilmiah, publik memendam penasaran akut. Di situ kita mengamini bahwa fiksi memiliki kekuatan yang mempu mengubah dan menggerakkan realitas. Sebab banyak dari kita memahami bahwa fiksi ya sebatas fiksi.
Di novel Inferno ini tokohnya masih Professor Simbology Robert Langdon. Kali ini, bersama Sienna Brooks – dokter muda yang menolongnya-, Langdon mencoba memecahkan sebuah misteri tentang stempel kuno yang tiba-tiba ada di kantung jaketnya. Pemecahan misteri semakin kompleks karena amnesia jangka pendek yang diderita Robert Langdon, karena luka di kepalanya. Teka-teki dalam stempel kuno ciptaan seorang ilmuwan yang terobsesi pada kehancuran dunia itu harus dipecahkan tepat waktu. Lewat puisi The Devine Comedy karya Dante Alighieri serta berbagai fakta lainnya, Robert Langdong terus berpacu memecahkan seluruh kode yang ada dalam stempel tersebut.
Entah hanya saya yang merasa, atau ada orang lain juga, bab-bab yang pendek dalam buku ini membuat kita jadi sulit berhenti membaca, penasaran dengan apa yang terjadi setelahnya. Jika anda ingin membaca buku ini, mungkin ilustrasi dalam web berikut dapat membantu anda untuk lebih masuk ke dalam.
Saya merekomendasikan anda untuk membaca buku ini. Buku yang tak sekedar cerita, namun penuh ilmu pengetahuan.
Sebagaimana karya Brown lainnya, Angel and Demon dan The Da Vinci Code, yang difilmkan, novel ini juga difilmkan oleh sutradara Ron Howard. Film itu akan rilis dalam bulan ini, tak lama lagi. Jadi, yang malas membaca buku tetap bisa menikmati petualangan cerdas dan menegangkan Robert Langdon, Namun saya jamin tak akan sepuas membaca bukunya. Bayangkan buku setebal 500 halaman yang membacanya butuh waktu berminggu-minggu, difilmkan hanya dalam waktu 2 jam.