Rapat Advocate Key Isssues and Policies
Banyak Pasien TB di Bojonegoro yang Masih Enggan Berobat Secara Tuntas
Rabu, 28 Desember 2016 18:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Bojonegoro - TB adalah singkatan dari Tuberculosis, sebuah penyakit menular yang menyerang saluran pernafasan. Untuk sembuh dari penyakit ini, penderita diharuskan melakukan pengobatan secara rutin. Namun nampaknya para pasien TB di Bojonegoro banyak yang enggan untuk melakukan pengobatan secara tuntas. Hal ini disampaikan oleh Dian Ika Sukmawati dari TB HIV Care Aisyiyah dalam rapat Advocate Key Isssues and Policies di Productive Room lantai 7 Pemkab Bojonegoro, Rabu (28/12/2016).
Rapat ini dipimpin oleh Asisten II Setyo Yuliono, dan dihadiri sejumlah tokoh seperti Ketua PD Muhamadiyah Bojonegoro Suwito, Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Bojonegoro dr Sunhadi, perwakilan RSUD dr R Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro dan segenap lintas sektoral.
Dian memaparkan, Berdasarkan catatan World Health Organitation (WHO) pada tahun 2015 sudah 1,4 juta orang yang meninggal dunia dikarenakan TB. Dan sebanyak 10,4juta dunia mengidap penyakit ini. Sedangkan penderita TB Hiv sebanyak 1,2 juta jiwa dan 390 diantaranya juga meninggal dunia. Sedangkan untuk penderita TB MDR atau penderita TB yang sudah resisten terhadap obat mencapai 480.000 penderit.
"Dan sebanyak 190.000 penderita akhirnya harus menyerah dan kalah oleh penyakit ini," kata Dian.
Dian mengungkapkan bahwa kasus TB di Bojonegoro bahwa jumlahnya ada peningkatan tiap tahun. Pertama kali pihaknya menemukan kasus 1 penerita TB MDR, kemudian tahun 2014 sebanyak 2 orang pasien TB MDR, satu sembuh dan satu meninggal dunia. Pada tahun 2015, jumlah pasien TB MDR menjadi 7 orang. Dari 7 orang ini, 3 di antaranya mengikuti pengobatan sehingga sembuh, 1 orang berhenti di tengah jalan. Sedangkan 3 sisanya menyerah dengan penyakit mereka.
"TB Multi Drug Resistant adalah jenis TB yang sudah kebal obat. Disebabkan mereka tidak teratur dalam meminum obatnya," ujar Dian.
Kemudian tahun 2016 ini ditemukan 7 orang penderita TB MDR lagi. Dari 7 orang tersebut 3 mengikuti pengobatan sedangkan 4 orang lainnya memilih menghentikan pengobatan dengan beragam alasan. Bahkan, lanjut Dian, Mereka bersedia dan dengan sukarela menandatangani pernyataan jika berhenti tidak mau meneruskan pengobatan. Dian menyayangkan sikap para penderita yang menghentikan pengobatan padahal resiko mereka menularkan TB MDR sedemikian besar.
"Apalagi ketika mereka sudah positif menderita TB MDR maka risiko menularkan TB MDR 100 persen," kata Dian.
Ini adalah khusus penderita TB MDR atau penderita TB yang sudah resisten terhadap obat. Sedangkan jumlah suspect TB segala jenis di Kabupaten Bojonegoro tahun 2014 terdapat 436, 123 BTA dan 78 CNR. Tahun 2015 476 orang suspect, 167 BTA dan 168 CNR. Ditahun 2016 meningkatkan 903 warga Bojonegoro suspect, 199 BTA dan 308 CNR.
Untuk itu, Dian mewakili TB Care Aisyiah mengharapkan agar semua pihak turut serta memotivasi pasien TB MDR untuk melanjutkan pengobatan. Dia menuturkan peran lingkungan keluarga sangat dominan untuk senantiasa mengingatkan agar pasien mau melakukan pengobatan.
"Tak hanya itu keluarga juga diharapkan setia mendampingi ketika mereka melakukan pemeriksaan," tuturnya.
Sementara itu, dokter Agus dari RSUD dr R Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro menjelaskan bahwa kini layanan poli paru di RS Veteran sudah terpisah demikian juga untuk rawat inap. Di RS Veteran di poli paru dibedakan menjadi 3 yakni khusus penderita TB, Non TB dan TB MDR.
"Jika selama ini masih tercampur maka di RS Veteran semua sudah sesuai klasifikasi hasil pemeriksaan," jelasnya.
Dalam rapat ini pihak TB Care Aisyiah dan PD Muhammadiyah Bojonegoro meminta agar secepatnya RSUD Sosodoro Djatikusuma menjadi rujukan penanganan TB MDR, karena selama ini harus langsung ke RS dr Soetomo Surabaya.
“Hal lain adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengobatan dan tuntas berobat menjadi kendala terbesar dalam penurunan penyakit ini," pungkas Dian. (ver/moha)