Kepala BNPB Lakukan Kunjungan Kerja di Bojonegoro
Kamis, 14 September 2017 14:00 WIBOleh Imam Nurcahyo
Oleh Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei pada Kamis (14/09/2017) pagi tadi lakukan kunjungan kerja di Kabupaten Bojonegoro dan kedatangannya disambut oleh Bupati Bojonegoro Drs H Suyoto MSi. Tampak hadir Kepala BPBD Bojonegoro yang juga Sekretaris Daerah Bojonegoro Soehadi Moeljono, Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo.
Kepala BNPB dalam pertemuan di Rumah Dinas Bupati mengungkapkan bahwa Kabupaten Bojonegoro termasuk daerah di Indonesia yang telah berhasil mengelola bencana.
“Karena keberhasilan inilah maka Bojonegoro sering dipromosikan oleh BNPB di kancah internasional.” tutur Willem.
Willem juga menuturkan, ada tiga hal yang didapat di Bojonegoro dari sosok Bupati Bojonegoro saat ini, bahwa Bupati adalah pribadi yang luar biasa dengan beragam inovasi, kedua Bupati Bojonegoro dalam event apapun selalu memperjuangkan kepentingan rakyatnya. “Dan yang ketiga adalah apa yang dilakukan di Bojonegoro layak untuk dipromosikan di luar negeri. “ imbuhnya
Willem mengatakan bahwa banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari Bojonegoro, salah satunya kecerdasan mengelola kekeringan dengan embung. Apalagi setelah mengetahui jumlah embung yang semula diperkirakan hanya 300-an, ternyata saat ini sudah mencapai 500 embung yang tersebar di seluruh wilayah Bojonegoro, utamanya wilayah rawan kekeringan.
“Di Indonesia ada dua wilayah yang mampu mengelola kekeringan, yakni Bogor dan Bojonegoro.” terang Willem.
Sementara itu Bupati Bojonegoro, Kang Yoto dalam kesempatan tersebut menceritakan tentang bagaimana ketahanan bencana yang dibangun di Bojonegoro salah satunya adalah perhitungan waktu dan daerah terdampak akibat banjir luapan sungai Bangsawan Solo. Pemkab juga membuat titik pengungsian yakni Taman Evakuasi Banjir Bahagia, yang menjadi titik pengungsi.
“Tak hanya manusia tapi hewan ternak juga dipikirkan untuk mendapatkan lokasi pengungsian. Karena rojokoyo berupa hewan ternak ini mampu mengurangi dampak kerugian atau mengurangi risiko bencana.” terang Kang Yoto.
Selain itu, Pemkab Bojonegoro juga mengembangkan kawasan langganan banjir sebagai daerah yang memiliki nilai ekonomi. Bupati menuturkan di daerah terdampak banjir tersebut kini disulap menjadi kawasan agro wisata, antara lain kawasan buah jambu kristal dan belimbing. “Tanaman keras ini ternyata mampu bertahan di daerah banjir.” ungkap Bupati.
Bupati juga melaporkan tentang penanganan kekeringan yang dilakukan di Kabupaten Bojonegoro, yakni dengan sistem embung atau geo membran, di kawasan rawan kekeringan. “Ternyata embung membawa dampak positif.” tutur Bupati.
Menurut Bupati embung memiliki nilai strategis setidaknya ada 3 poin penting, yakni pertama cadangan saat musim kering dan panen air atau menangkap air saat musim penghujan. Kedua, embung mendukung produksi pertanian di kawasan pertanian, salah satunya meningkatkan produksi tanaman bawang merah. “Nilai strategis embung yang ketiga adalah untuk kebutuhan konsumsi yakni ternak.” terangnya.
Bupati menambahkan bahwa setiap lima tahun embung akan dibuat berpindah sehingga kini Bojonegoro tengah mendesain embung yang tidak permanent dikarenakan setelah dilakukan kajian, daerah rawan ini mengalami perubahan. “Dulunya yang bukan daerah kekeringan kini menjadi kekeringan demikian juga sebaliknya.” jelas Bupati.
Perubahan pola ini karena adanya kerusakan alam utamanya hutan dan Pemkab Bojonegoro telah menggagas beberapa langkah kerjasama dengan pihak perhutani untuk menjaga kawasan hutan.
“Karena dampak dari kerusakan hutan ini kini mulai dirasakan, salah satunya ketersediaan air bersih yang makin menipis saat musim kemarau.” terang Bupati.
Setelah dari rumah dinas Bupati, Kepala BNPB berserta rombongan juga akan melakukan kunjungan lapangan di Kecamatan Balen dan Kanor. (red/imm)