Profesor Muladno Puji Semangat Perubahan Peternak Bojonegoro
Selasa, 19 September 2017 22:00 WIBOleh Redaksi
Oleh Redaksi
Bojonegoro Kota – Penggagas Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) dari Institute Pertanian Bogor Profesor Muladno, memuji semangat perubahan SPR Mega Jaya Dusun Ngantru Desa Sekaran Kecamatan Kasiman, saat sambutan di acara penandatanganan kontrak kerjasama SPR Mega Jaya dengan Ikasmada Kediri 1980, Selasa (19/09/2017) siang tadi.
Prof Muladno mengakui bahwa pola pikir para peternak di Kasiman ini mengalami kemajuan yang sangat luar biasa. Mulai dari pengetahuan hingga kemampuan mereka dalam bidang peternakan mengalami peningkatan.
Tak hanya itu, para peternak sekarang ini sudah memiliki pandangan yang jauh ke depan untuk mengembangkan peternakan. Beternak bukan lagi sampingan bagi mereka, melainkan menjadi pekerjaan utama, jadi bisa total.
“Keingintahuan mereka tinggi, mudah menerima arahan dan mau diajak berubah. Jika beberapa daerah kecenderungan mereka berpikir konvensional, namun di Bojonegoro ini beda mereka mau dibimbing dan diarahkan jika salah juga mau untuk dibenarkan. Ini sangat susah lho. Diajak mau berubah itu bukan perkara gampang, namun peternak di Bojonegoro mematahkan hal itu mereka mau diarahkan dan dibimbing serta jika salah mau dibenarkan," kata Profesor Muladno.
Muladno menjelaskan, model SPR jauh lebih menguntungkan dibanding beternak konvensional, apalagi jika ada pihak ketiga yang bermitra. Dari kemitraan yang dilakukan SPR Mega Jaya hari ini saja para petani sudah mendapatkan keuntungan. Dari MoU ini setiap peternak mendapat biaya pakan Rp5,5 juta untuk 12 bulan. Setelah itu ketika usia 12 bulan sapi dijual maka keuntungan setelah dikurangi biaya pakan maka keuntungan akan dibagi 70:30 yakni dengan hitungan 70 persen menjadi hak peternak sedangkan 30 persen pemilik modal. Jika dihitung keuntungan perhari yang didapat adalah Rp15 ribu perhari selama 12 bulan. Jika memakai sistem konvensional maka berdasarkan perhitungan keuntungan yang didapat peternak hanya Rp3 ribu perhari selama 12 bulan. Belum lagi ketika ada kematian ternak ditanggung bersama yakni peternak dan pemilik modal, jika mereka belum diasuransikan. Namun jika sudah maka akan mendapatkan jaminan dari tanggungan asuransi peternakan.
“Hal utama yang ingin ditanamkan oleh pihak kami adalah kemandirian peternak dan peningkatan kemampuan para peternak. Lagi pula kami hanya akan mendampingi dalam kurun waktu 4 tahun saja. Setelah 4 tahun maka akan dilepas, meskipun ya akan tetap dilakukan pemantauan tentunya,” katanya.
Prof Mulatno juga menegaskan, bahwa indukan yang terbaik adalah sapi lokal. Sapi luar negeri akan membutuhkan kerja yang ektra keras.
Sementara itu perwakilan IACBP Roby menuturkan bahwa kebanyakan peternak di Indonesia ini belum akrab dengan dunia perbankan. “Semangat peternak Bojonegoro ini sangatlah luar biasa. Bisa dikatakan dibanding 8 lokasi IACBP di Indonesia yakni Jawa, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Lampung, Bengkulu dan NTB, semangat peternak Bojonegoro yang mau belajar dan gampang untuk diarahkan menjadi salah satu modal yang berharga,” katanya. (red)
Foto penandatanganan kontrak kerjasama antara SPR Mega Jaya dan Ikasmada Kabupaten Kediri. Profesor Muladno (baju putih).