Kuatkan Kerukunan, FKUB Gelar Pertemuan Antar Tokoh Agama
Rabu, 06 Desember 2017 20:00 WIBOleh Muliyanto
Oleh Muliyanto
Bojonegoro – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bojonegoro menggelar pertemuan tokoh lintas agama, Rabu (06/12/2017) pagi. Acara Temu Harmoni Tokoh Agama |seKabupaten Bojonegoro bertema Membangun Solidaritas Tokoh Agama Menuju bangsa yang Bermartabat tersebut banyak mengupas tentang pentingnya kerukunan dalam menjaga NKRI.
Acara tersebut dihadiri para tokoh lintas agama, pejabat Pemkab, dan para tkoh masyaraat. Bupati Bojonegoro Suyoto, Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu Sri Bintoro sebagai pembicara serta dimoderatori sekretaris FKUB Lukman Wafi.
“Sudah 3 tahun FKUB ini mengadakan acara temu harmoni antar umat beragama. Ini semua berkat dukungan dari pemerintah kabupaten Bojonegoro untuk menjaga kerukunan umat beragama di Bojonegoro. Keamanan dan kedamaian di kabupaten bojonegoro berkat kerjasama diantara semua pihak yang berkepentingan,” kata Lukman Wafi membuka perbincangan dalam acara itu.
Kapolres Wahyu menimpali pernyataan tersebut dengan menegaskan bah di Bojonegoro selama ini cenderung kondusif situasinya bila dibanding daerah lain yang banyak gesekan dan konflik. “Kita harus bersyukur hidup di Bojonegoro karena masyarakatnya guyub rukun, tidak ada konflik SARA. Ini semua berkat kerjasama semua pihak,” katanya.
Komandan Kodim 0813 Letkol Arh Redinal Dewanto menanggapi bah tantangan masyarakat kita saat ini adalah proxy war. Hal itu sebab masyarakat sekarang sudah melek teknologi, lebih-lebih kaum muda. “Sebagian banyak masyarakat kita sudah menggunakan gadget dalam keseharian kita, itu menunjukkan kita saat ini sedang menghadapi proxy war. Proxy war merupakan bentuk penjajahan baru bagi negara kita. Proxy war ini digunakan untuk menjajah negara kita agar negara kita hancur secara perlahan-lahan. “Para pemuda harus sadar. Dan
apabila generasi muda kita sudah fokus pada gadget maka mereka akan apatis dengan kesatuan bangsa kita. Hal itu bisa membuat dengan mudah bangsa kita hancur. Sebenarnya bangsa kita adalah bangsa pejuang dan bangsa kesatria, para penjajah takut terhadap bangsa kita,” katanya.
Sementara Bupati Suyoto menegaskan tentang keberagaman yang harus dijaga dengan sepenuh kekuatan. “Agama tidak melarang keragaman, agama melarang perpecahan. Negara adalah entitas dari sebuah masyarakat,” katanya.
Kang Yoto juga menceritakan tentang perjalanan hidupnya yang berada di tengah keragaman masyarakat yang memberinya banyak pelajaran berharga. “Saya sejak kecil sudah didoktrin untuk membela salah satu ormas agama. Namun ketika saya sudah mulai menginjak kuliah dan masuk masa reformasi saya mulai bertemu dengan banyak tokoh baik yang seagama maupun lintas agama. Dari situ saya baru sadar bahwa kelompok yang saya bela sejak kecil hanya merupakan bagian kecil dari bangsa ini. Selama ini kita hanya membela kelompok kita, tanpa memikirkan bagaimana persatuan bangsa kita dimana hal ini jauh lebih besar untuk di perjuangkan. Kita harus memperjuangkan apa yang jauh lebih besar untuk diperjuangkan,” katanya.
Kang Yoto berpesan agar isu SARA tidak dijadikan bahan untuk memecahbeah kerukunan masyarakat. Apalagi menjelang musim pilkada ini. (mol/moha)