Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Blora Setiap Tahun Alami Peningkatan
Rabu, 11 April 2018 16:00 WIBOleh Priyo Spd
Oleh Priyo Spd
Blora - Jumlah penderita HIV/AIDS di Blora cenderung meningkat setiap tahun. Itu diketahui setelah kelompok masyarakat yang masuk kategori tinggi tertular penyakit HIV/AIDS secara sukarela memeriksakan diri ke klinik Voluntary Counseling Test (VCT). Dinas Kesehatan (Dinkes) Blora pun meminta masyarakat mewaspadai penularan penyakit yang hingga kini belum ada obatnya tersebut.
“Ini patut menjadi perhatian kita bersama. Jumlah penderita HIV/AIDS setiap tahun bertambah. Kita harus mewaspadainya, bagaimana mencegah agar jumlah penderita tidak semakin bertambah banyak,’’ ujar Kepala Dinkes Blora Henny Indriyanti, Rabu (11/04/2018)
Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah penderita HIV/AIDS di Blora di tahun 2013 sebanyak 30 orang, tahun 2014 sebanyak 60 orang, 2015 sebanyak 81 orang, 2016 sebanyak 91 orang dan di tahun 2017 jumlah warga yang diduga tertular HIV/AIDS mencapai 142 orang dan 2018 hingga April ini mencapai 40 orang.
“Penderita penyakit yang menyerang kekebalan tubuh tersebut terdiri dari berbagai latar belakang. Ada yang ibu rumah tangga, pekerja seks komersial (PSK), petani dan pekerja lainnya. Tak hanya orang dewasa, bayi juga ada yang terinfeksi HIV/AIDS setelah tertular dari orang tuanya yang mengidap penyakit yang sama,” imbuhnya.
Kepala Dinkes Blora, Henny Indiriyanti mengungkapkan, temuan adanya warga yang mengidap HIV/AIDS terkadang bersifat semu. Artinya, kata Henny, beberapa orang pengidap HIV/AIDS tersebut bukan warga asli maupun berdomisili di Blora.
“Hanya dua bulan di Blora, kemudian pindah ke daerah lain. Hidupnya memang berpindah-pindah,’’ tandasnya.
Terhadap penderita HIV/AIDS yang mobilitasnya tinggi tersebut, Dinkes pun mengaku kesulitan melakukan pengawasan. Menurut Henny, pihaknya selama ini melakukan pendampingan kepada para penderita HIV/AIDS yang diketahui domisilinya. Mereka pun disarankan mengomsumsi obat antiretroviral (ARV) secara rutin.
Obat ARV tersebut diberikan gratis di klinik VCT yang ada di Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Soetijono Blora dan RSU Dr R Soeprapto Cepu. Obat ARV berguna untuk mengendalikan perkembangan virus. Dengan mengonsumsi ARV akan bisa meningkatkan kualitas hidup dan memungkinkan penderita HIV/AIDS bisa lebih sehat.
“Berdasarkan hasil penelitian, bayi dalam kandungan berpotensi besar tertular HIV/AIDS dari ibu yang mengidap HIV/AIDS. Namun jika sang ibu tersebut rutin mengomsumsi obat ARV, potensi bayi tertular HIV/AIDS sangat kecil yakni hanya enam persen,” imbuhnya.
Menyikapi kecenderungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, Dinkes mengimbau masyarakat untuk menaati norma-norma agama. Yakni diantaranya hanya berhubungan badan dengan suami atau istri yang sah. Sedangkan bagi yang tetap nekat njajan, disarankan menggunakan kondom.
Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P3PLP) Dinkes Blora Edi Sucipto melalui Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Sutik menambahkan, selain di dua rumah sakit milik Pemkab Blora, klinik VCT ada yang mobile. Klinik tersebut secara berkala mendatangi tempat mangkal kalangan masyarakat yang berisiko tinggi tertular HIV.
“Tahun lalu kami melakukan VCT mobile di semua lokalisasi di Blora termasuk di rumah tahanan (rutan) Blora,’’ terangnya.
Sutik menambahkan, untuk mengantisipasi, pihaknya terus melakukan pendekatan untuk dilakukan pemeriksaan secara berkala.
“Alhamdulillah dengan kedekatan ini mereka sangat antusias untuk tahu dan mau ikut melakukan pemeriksaan,” imbuhnya. (teg/kik)