Demam Berdarah
Anak Usia 12 Tahun Rentan Meninggal Akibat DBD
Minggu, 07 Februari 2016 21:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - Penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa nyamuk Aedes Aegypti banyak membawa korban saat musim penghujan tiba, seperti sekarang ini. Biasanya pada puncak musim penghujan, angka penderita Deman Berdarah Dengue (DBD) meninggi. Januari saja sudah 105 orang yang terkena DBD.
Menurut Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bojonegoro dr Weny, ada beberapa kasus meninggal pada anak usia 12 tahun akibat DBD. Kejadian ini disebabkan terlambatnya pihak keluarga memeriksakan ke dokter. Keluarga biasanya tenang-tenang saja kalau ada anak usia 12 tahun yang panas. Mereka masih beranggapan DBD itu hanya menyerang anak balita.
"Kalau bayi atau balita yang panas, orangtua langsung panik dan membawa ke dokter. Berbeda dengan anak usia 12 tahunan, orangtua cenderung tenang-tenang saja. Hingga akhirnya terlambat untuk ditangani oleh dokter," ungkapnya kepada beritabojonegoro.com, dua hari lalu.
Padahal gejala DBD, lanjut dr Wenny, bisa diketahui dari panas tinggi terus menerus selama tiga hari dan muncul bercak-bercak merah di sekujur tubuh. Tidak semua panas itu memang berasal dari DBD, bisa saja panas biasa.
"Namun lebih baik segera diperiksakan ke petugas kesehatan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Selain itu, pasien yang panas disarankan untuk memperbanyak konsumsi air putih," katanya.
Dia juga menekankan, untuk menghindari upaya pemberantasan nyamuk dewasa melalui pengasapan atau fogging. Karena residu yang dihasilkan dari fogging bisa mencapai 30 tahun. Lebih baik melakukan 3M, yakni menutup, menguras, dan mengubur, yang selalu digencarkan oleh pemerintah sedari dulu.
"Masyarakat kita sering meminta fogging, padahal fogging tidak terlalu efektif. Belum lagi residunya bisa mencapai 30 tahun. Sebaiknya hindari pengobatan instan," pesannya. (ver/tap)
*) Foto dari antaranews.com