Pelantikan Pengurus PC PMII Bojonegoro
Kader PMII Harus Kawal Keberlangsungan Islam Nusantara
Senin, 08 Februari 2016 18:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Kota-Puluhan mahasiswa dilantik sebagai Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Bojonegoro untuk tahun 2015-2016 oleh pengurus besar PMII, hari ini, Senin (08/02), di Pendapa Malowopati Pemkab Bojonegoro. Acara pelantikan tersebut juga dirangkai dengan tausiyah kebangsaan yang menghadirkan tokoh dari PB NU dan budayawan D. Zawawi Imron dari Madura.
Ketua baru PC PMII Bojonegoro, Ahmad Syahid (25), mengatakan dalam sambutannya, tema pelantikan kali ini adalah Islam Nusantara yang Berkemajuan. Dengan itu Ahmad Syahid berharap agar peran mahasiswa terlebih yang tergabung dalam PMII bisa lebih tajam dan menunjukkan kekuatannya. “Kami siap berdiri di garda depan untuk mengawal dan mempertahankan Islam Nusantara,” kata Syahid.
Masih kata Ahmad Syahid, acara tausiyah kebangsaan dalam rangkaian pelantikan ini bertujuan untuk menambah pemahaman kader dan menyatukan gambaran yang konkrit mengenai arah gerakan organisasi yang dipimpinnya.
Hadir juga dalam acara tersebut ketua DPRD Bojonegoro Hj Mitroatin. Ketika bicara di podium, politikus golkar juga pernah aktif sebagai kader PMII ketika mahasiswa itu menyampaikan dukungannya terhadap eksistensi dan gerakan PMII Bojonegoro. “Saya mendukung sepenuhnya gerakan sahabat-sahabat PMII,” kata dia.
Sementara Ahmad Baso, narasumber seminar, menegaskan eksistensi PMII sebagai penjaga Islam Nusantara. Nama PMII, kata Ahmad Baso, tersemat semangat Islam Nusantara. “Kan Islam Indonesia. Bukan Islam ISIS lho. Ini ada semangat Islam Nusantara, semangat Islam di Indonesia. Jadi yang mengawal Islam Nusantara ya PMII. Islam beda dengan Arab, tidak ada Arabisasi. Islam nusantara meneriwa warisan budaya Indonesia,” kata salah satu pengurus PB NU tersebut.
Arabisasi, menurut Baso, merupakan ancaman bagi Islam di Indonesia. Memang Islam lahir di Arab tetapi tidak kemudian Islam itu berarti harus Arab. Islam di Arab memiliki coraknya sendiri dan demikian pula di Indonesia. “Harus diurai mana yang budaya Arab dan mana yang Islamnya,” demikian Ahmad Baso berorasi.
Zawawi Imron yang didaulat bicara paling akhir mengatakan bahwa mahasiswa, apalagi PMII, harus bergerak terus. Ketika mahasiswa tidak bergerak, dia bukan lagi mahasiswa. Apalagi untuk mengawal Islam nusantara, butuh energi dan pemikiran yang luas. “Mahasiswa itu juga jangan telmi. Telat mikir. Tugas mahasiswa itu sebagai kaum akademisi harus menggunakan otaknya untuk berpikir untuk bangsa dengan keluasan wawasannya,” kata D. Zawawi Imron, penyair asal Madura yang akrab disapa si Celurit Emas. (ping/moha)