Tim Gabungan Kesehatan Periksa Warga Desa Karanglo Tuban
Senin, 04 April 2016 11:00 WIBOleh Betty Aulia
Oleh Betty Aulia
Tuban – Tim gabungan kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, dan puskesmas turun melacak kebenaran kematian 61 warga Desa Karanglo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, yang diduga sebagian disebabkan penyakit paru.
Banyaknya orang meninggal selama rentang waktu hanya 45 hari itu sebelumnya disampaikan oleh Kepala Desa Karanglo, Sunandar. Namun, setelah tim gabungan kesehatan melacak, jumlah penduduk yang meninggal dalam rentang waktu itu hanya 28 orang. Penyebab kematian disebabkan usia tua, penyakit tidak menular, dan kecelakaan lalu lintas.
“Petugas kami melacak sendiri kepada dua Modin di desa ini, hasilnya ada 28 orang yang meninggal,” ujar Dr Ika Triyana, Kepala Puskesmas Kerek.
Dari 28 orang itu, kata dia, petugas menemukan penggolongan penyakit yang menyebabkan mereka meninggal yakni menderita sakit kencing manis, hipertensi dengan stroke, pernapasan, usia tua sebanyak 12, jantung, kecelakaan lalu lintas, gangguan hati, kanker prostat, serta gangguan lambung parah.
Sedangkan dari penggolongan usia, warga yang meninggal paling banyak usia 60 tahun sampai 70 tahun sebanyak 18 orang, usia 80 tahun sampai 90 tahun sebanyak tujuh orang, dan usia 40 tahun sampai 50 tahun sebanyak tiga orang.
Menurut Ika, penyebab kematian warga bukan karena menderita paru-paru seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Karanglo. Mereka mengidap penyakit lain, tapi bisa juga menyebabkan sesak napas. Ia mencontohkan, sesak napas tidak selalu primernya pada paru. Karena berbagai penyakit ada gejala sesak napas.
“Seperti kangker hati, terjadi gangguan di hati. Sehingga darah yang diproduksi di hati menurun, seperti penurunan albumin. Kalau albumin menurun, maka terjadi kebocoran cairan. Itu terjadi juga di paru. Paru yang banjir itu menjadi keluhan sesak, jadi bukan selalu primernya ada di paru, tapi bisa di organ lain,” paparnya.
Untuk meminimalisasi penyebab kematian karena gaya hidup yang kurang sehat, di antaranya diabetes, hipertensi, jantung, stroke, gangguan hati, gangguan lambung, kata Ika, pihaknya akan menggalakkan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular.
“Itu untuk membantu pasien diabetes, hipertensi. Sebenarnya penyakit itu bisa dicegah dengan mengubah gaya hidup (lebih sehat). Diharapkan, dengan kegiatan itu masyarakat bisa lebih peduli terhadap kesehatannya,” bebernya.
Selain itu, penggalakkan kesehatan juga akan dilakukan di Posyandu Lansia dengan cara memberi penyuluhan kesehatan kepada para warga usia lanjut serta memberikan pengawasan terhadap gaya hidup.
Sementara itu, Kepala Desa Karanglo, Sunandar yang dimintai klarifikasi oleh tim gabungan kesehatan bersyukur ada penjelasan secara medis. Dari penjelasan itu, ia berharap warga Desa Karanglo tidak resah lagi.
“Kemarin itu ada kabar macam-macam (terkait banyak warga meninggal dunia), ada warga mengetahui mobil pikap warga hitam bawa karanda warna merah, lalu sopirnya bilang, karanda ini untuk desa di sini,” tutur Sunandar.
Dari kabar itu, membuat warga resah. Warga mengira, kematian warga disebabkan ada keanehan dan wabah penyakit. Makanya, dari penjelasan tim gabungan kesehatan, ujar Sunandar, masyarakat tidak mempercayai lagi kabar yang aneh-aneh.
“Informasi yang diberikan tim kesehatan, kematian warga wajar dan normal karena persoalan kesehatan masing-masing individu,” kata Sunandar. (ety/kik)