Asiknya Santri Ponpes Assalam Menjalani Puasa di Bulan Ramadan
Selasa, 14 Juni 2016 08:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Bangilan - Allahumma sallimnaa liromadhon…
Wasaalim romadhona lana watasaallamhu minnaa mutaqobbalaa…
Asyhadu alla ilaaha illallah, astaghfirullah, nasaluka ridhooka wal jannah,
Wana’udzubika min sakhotika wan naar…
Allahumma innaka afuwwun kariim, tuhibbul “afwaa wa’ fuanna yaa kariim…
Sebuah doa yang tak asing lagi di telinga umat Muslim seantero negeri, doa yang memancarkan pengharapan dan rasa cinta mendalam akan hadirnya bulan penuh kemuliaan, doa tulus seorang hamba yang meminta ridho-Nya dan surga, serta dijauhkan dari murka dan api neraka. Di Kulliyatul Muallimin Wal Muallimat (KMI) Assalam, doa dengan irama yang khas dan sangat menyentuh itu bisa kita dengar setiap salat lima waktu akan dimulai.
Di bulan Ramadan ini, di mana sebagaian besar sekolah memutuskan libur, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di KMI Assalam tetap berjalan seperti biasanya. Pagi hari, ribuan santri baik di Pondok Putra (Desa Punggur) dan Pondok Putri (Desa Bangilan, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban) itu masih berkutat dengan pelajaran-pelajaran di sekolah. Hanya saja memang kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah selama bulan Ramadan lebih dipersingkat.
“Biasanya santri mulai sekolah pukul tujuh dan baru kembali ke asrama pukul satu. Nah, di bulan Ramadan ini mereka mulai belajar pukul delapan dan pukul dua belas mereka sudah diperbolehkan meninggalkan kelas,” ujar KH Yunan Jauhar, pimpinan KMI Assalam.
Lebih lanjut lagi, putra KH. Moehaimin Tamam (rohimahullah), Pendiri Pondok itu menjelaskan, bahwa justru di bulan Ramadan, muatan pelajaran di KMI Assalam menjadi lebih padat. Di bulan suci ini, setiap habis subuh, menjelang ashar dan selepas tarawih, santriwan-santriwati (yang notebene sudah sangat akrab dengan bahasa Arab, mengingat setiap hari mereka diwajibkan bercakap-cakap dengan bahasa Arab dan Inggris) digenjot dengan pengajian-pengajian kitab kuning.
“Kitabnya bermacam-macam, tapi rata-rata temanya fokus pada masalah fiqih dan akhlaq. Karena dua hal tersebut sangat penting buat bekal mereka di masyarakat kelak. Selain itu ada juga beberapa kelas yang mengisi kegiatan pagi mereka dengan setoran hafalan Al-qur’an,” lanjut KH. Yunan Jauhar.
Usai salat ashar berjamaah, para santri dibebaskan melakukan aktivitas apa saja. Ada yang mencuci baju, tadarus Al-quran, mengerjakan tugas sekolah, hingga sibuk berburu lauk untuk berbuka.
Siapa sangka bahwa salah satu momen yang paling berkesan bagi santriwan-santriwati Assalam di bulan Ramadan ini adalah ketika mereka beramai-ramai menyerbu kantin dan koperasi untuk sekedar membeli es dan lauk tambahan berbuka. Meski dari pihak pondok sendiri sebenarnya sudah memberikan takjil dan lauk untuk berbuka. Ini menjadi pemandangan langka yang berbanding terbalik dengan pukul 16.00 di luar Ramadan. Biasanya pada jam yang sama mereka masih sibuk berolahraga, membaca buku di kamar atau sekadar jalan-jalan.
Santri yang sudah mendapatkan jatah nasi dan membeli tambahan lauk, segera ke kamar dan bersiap-siap untuk sholat maghrib berjamaah. Ketika azan berkumandang mereka segera membatalkan puasa dan makan sedikit takjil yang sudah disiapkan dan berangkat ke masjid. Usai salat, mereka berbuka bersama di kamar masing-masing. Begitu setiap harinya.
“Kalau di rumah terasa lama sekali menunggu beduk maghrib, tapi kalau di sini terasa cepat. Tahu-tahu udah azan maghrib dan berbuka,” komentar Ainur Rofiq, salah satu santri kelas IX KMI Assalam.
Berada di lingkungan pondok pesantren seperti ini akan terasa sangat berbeda dengan lingkungan lainnya. Apalagi Pondok Pesantren Assalam penuh dengan kegiatan mendidik dan mengasyikkan. Inilah yang menjadikan berpuasa di pondok pada bulan Ramadan tidak begitu terasa berat, karena para santri dialihkan dengan kesibukan belajar mereka. Apalagi salah satu nasihat yang selalu didengungkan oleh para asatidz adalah untuk tidak kosong, sebagaimana yang tercantum dalam sebuah peribahasa Arab, “alfaroghu mafsadatun“ yang artinya “kosong itu merusak”.
Dengan nasihat inilah santri Assalam, yang datang dari berbagai wilayah di Tanah Air, menjadi semangat belajar dan cinta membaca serta selalu mencari kesibukan untuk mengisi kekosongan mereka. Hingga mereka terbiasa dengan membawa buku bacaan kemana pun mereka pergi: ke kamar mandi, antre makan, bahkan antre mencuci. Dan pemandangan yang paling sering ditemukan saat Ramadan seperti ini adalah para santri yang membawa membawa Al-quran kemana-mana. Maka tak jarang banyak santri yang sudah khatam membaca Al-quran dua kali saat memasuki pertengahan Ramadan. (ver/kik)