Bojonegoro Genjot Digitalisasi Pengadaan, 300 Pengusaha Konstruksi Dilatih Pakai E-Katalog Terbaru
Rabu, 10 Desember 2025 17:00 WIBOleh Tim Redaksi
Bojonegoro – Puluhan meja dan ratusan kursi di aula pertemuan dipenuhi pengusaha konstruksi se-Kabupaten Bojonegoro. Selama dua hari berturut-turut, Selasa-Rabu (9-10 Desember 2025), mereka serius mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) perdana tentang E-Purchasing melalui Katalog Elektronik dengan metode Mini Kompetisi.
Total 300 Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) ikut serta. Hari pertama diikuti 150 peserta, sisanya 150 lagi mengikuti di hari kedua. Semua mata tertuju pada layar proyektor, mencatat setiap langkah demi langkah penggunaan E-Katalog versi 6.0 yang baru saja dirilis.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Penataan Ruang (DPUBMTR) Bojonegoro, Ivan Chusaivi, menegaskan bimtek ini bukan sekadar agenda rutin tahunan. “Ini langkah besar kami menyesuaikan dengan Perpres Nomor 46 Tahun 2025. Kami ingin pengadaan barang dan jasa di Bojonegoro jauh lebih transparan, akuntabel, dan tentunya mendorong penggunaan Produk Dalam Negeri sebanyak mungkin,” ujar Ivan di sela-sela acara, Selasa (9/12).
Yang istimewa, narasumber bimtek kali ini didatangkan langsung dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) RI. Desi Kartika dan Widia Cintiya Fitri bergantian menjelaskan secara detail mulai dari cara mendaftar sebagai penyedia di Katalog Elektronik V.6 hingga strategi memenangkan Mini Kompetisi — skema lelang cepat yang kini jadi andalan pemerintah untuk proyek-proyek kecil dan menengah.
Salah satu peserta, Andik, pengusaha kontraktor asal Kecamatan Baureno, mengaku sangat terbantu.
“Dulu kalau mau ikut tender sering bingung, sekarang jadi takut salah dokumen. Sekarang lebih jelas, tinggal upload portofolio sekali, lalu bisa langsung ikut Mini Kompetisi kapan saja ada proyek,” katanya sambil tersenyum.
Pemkab Bojonegoro berharap, setelah bimtek ini, semakin banyak kontraktor lokal yang mampu bersaing secara sehat di sistem pengadaan digital nasional. Target besarnya: belanja pemerintah daerah jadi lebih efisien, proyek lebih cepat jalan, dan uang negara lebih banyak mengalir ke pengusaha lokal.
“Dengan penguasaan teknologi ini, kami yakin iklim usaha konstruksi di Bojonegoro akan semakin profesional dan kompetitif,” tutup Ivan. (red/toh)































.md.jpg)






