Tri Astutik dan Rumah Batik Sekar Rinambat Ciptakan Berbagai Motif Lokal
Senin, 22 Desember 2025 12:00 WIBOleh Tim Redaksi
Bojonegoro -Tri Astutik nampak berbakat dalam membatik. Jari-jarinya dengan penuh kelembutan membentuk pola bunga indah pada sehelai kain putih polos. Ia tenang mengambil canting, mencelupkannya ke dalam malam panas, lalu menggoreskannya mengikuti sketsa pensil hingga motif itu tertutup lapisan lilin kekuningan yang melindungi warna asli kain.
Tri Astuti, atau yang akrab disapa Tutik, adalah Ketua Kelompok Batik Sekar Rinambat dari Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro. Membatik sudah menjadi bagian dari kesehariannya. Pada hari Kamis, (18/12/2025) lalu saat mengikuti Lomba Desain Motif Batik Bunga di Pendopo Malowopati Pemkab Bojonegoro, ia dengan sabar memperagakan teknik nyanting yang dipelajarinya.
Perjalanan Tutik di dunia batik tak lepas dari dukungan yang ia terima. Pada tahun 2016, ia menjadi salah satu perempuan berdaya yang dibina oleh Pertamina EP Cepu (PEPC) bersama ADEMOS. Beberapa bulan lalu, ia juga bergabung dengan DPC Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Bojonegoro, yang semakin memperluas jaringan dan peluang usahanya.
Kini, kelompok yang dipimpinnya menghasilkan berbagai motif khas Bojonegoro yang sarat makna, seperti Agni Amerta, Sewu Sendang, Mliwis Putih, Wonocolo, dan Waduk Pacal. Setiap motif mencerminkan keunikan dan keindahan daerah penghasil migas dan budaya kaya ini.
Soal harga, batik produksi Sekar Rinambat cukup beragam agar bisa dijangkau banyak kalangan. Batik cap yang lebih cepat prosesnya dibanderol mulai Rp70.000 hingga Rp250.000 dan menjadi favorit pembeli karena praktis serta terjangkau. Sementara batik tulis asli, yang membutuhkan ketelatenan ekstra, harganya mulai Rp300.000 hingga bisa mencapai Rp1 juta untuk kain bermotif penuh.
"Biasanya pembeli mencari yang harga di kisaran Rp150.000–Rp160.000," jelas Tutik.
Ia berharap, dengan semakin sering mengikuti pameran dan lomba, semakin banyak orang yang jatuh cinta pada batik Bojonegoro. Tak hanya sebagai produk usaha, tapi juga sebagai cara mengajak masyarakat bangga mengenakan karya anak bangsa.(red/toh)































.md.jpg)






