Fenomena Slow Living, Orang Kota Ramai-Ramai Cari Ketenangan di Desa
Sabtu, 27 Desember 2025 10:00 WIBOleh Tim Redaksi
Di tengah tren urbanisasi yang terus meningkat, muncul fenomena baru di mana masyarakat perkotaan justru memilih pindah ke desa untuk menjalani gaya hidup slow living. Mereka mencari ketenangan, kehidupan yang lebih lambat, dan kedekatan dengan alam, jauh dari kebisingan serta tekanan hidup kota besar. (tautan tidak tersedia) (tautan tidak tersedia)
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020, 56,7% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan. Angka ini diprediksi naik menjadi 66,6% pada 2035. Bank Dunia bahkan memperkirakan pada 2045, sekitar 70% atau 220 juta penduduk Indonesia akan bermukim di kota.
Meski demikian, banyak warga kota yang jenuh dengan ritme hidup serba cepat memilih kembali ke desa. Alasan utama termasuk keinginan hidup lebih tenang, bebas stres, serta lingkungan yang lebih hijau dan sehat.
Sosiolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Yusar Muljadji, mengatakan bahwa fenomena ini sering dialami oleh mereka yang berasal dari desa, migrasi ke kota untuk bekerja, lalu kembali setelah pensiun. "Benang merahnya sama, adanya keinginan untuk hidup lebih tenang, bebas dari stres, dan lepas dari tekanan struktur masyarakat perkotaan," ujar Yusar.
Ia menambahkan, tekanan hidup kota sudah ada sejak era industrialisasi, di mana kota identik dengan produktivitas tinggi, aturan rumit, dan hubungan sosial yang nirpersonal. Sementara di desa, interaksi lebih hangat dan spontan.
Namun, perpindahan ini tidak selalu mulus. Perbedaan gaya hidup bisa menimbulkan gesekan, seperti pendatang kota yang terbiasa menjaga privasi versus warga desa yang suka berkunjung spontan. Jika tidak beradaptasi, pendatang berisiko mengalami kesepian alih-alih ketenangan.
Yusar menyarankan untuk mengikuti pepatah "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung". Mereka yang berasal dari desa biasanya lebih mudah beradaptasi karena hanya perlu mengingat kembali nilai-nilai lama.
Fenomena slow living ini mencerminkan pergeseran nilai di masyarakat, khususnya generasi muda yang mulai memprioritaskan kesejahteraan mental daripada kesibukan kota.(red/toh)


































.md.jpg)






