Tradisi Ramadan di Mesir
Menikmati Hidangan Tuhan di Tepian Jalan
Senin, 06 Juni 2016 16:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
HAL paling tidak terlupakan kala berpuasa Ramadan di Mesir adalah maidaturrahman. Kita bisa mengartikan maidaturrahman itu sebagai jamuan atau hidangan kasih sayang.
Memang benar adanya bahwa maidaturrahman adalah hidangan kasih sayang dari Tuhan. Di Mesir, entah itu di Ibu Kota, Kairo, maupun di daerah-daerah pelosok, sajian buka puasa memang terhidang di mana-mana.
Mulai dari bilik rumah, masjid, bahkan di tepian jalan. Paling tidak bagi mahasiswa rantau hal ini menjadi bentuk kasih sayang yang nyata. Dimana krisis logistik selalu mendera jika beasiswa telat dibagikan.
Mereka tidak perlu khawatir dengan persediaan buka puasa. Mereka bisa datang ke masjid terdekat, bahkan emperan rumah tetangga mereka. Di sana menu berbuka mulai dari pembuka berupa kurma, nasi ayam atau daging, serta minuman dan buah sebagai penutup.
Tidak jarang mereka bisa membawa pulang hidangan yang tersedia. Selanjutnya dihangatkan dan menjadi menu santap sahur. Keadaan ini sungguh membantu mahasiswa seperti penulis, kala itu yang hidup serba irit dan sederhana.
Maidaturrahman merupakan nikmat dan kasih sayang kecil waktu Ramadan. Nikmat terbesar tentu saja adalah dapat berjumpa dengan bulan penuh berkah. Sehingga tiap ibadah yang dilakukan dapat bernilai pahala berlipat-lipat.
Selain maidaturrahman, hal tak terlupakan lain adalah adanya musa'adah atau santunan bagi mahasiswa dari para muhsinin (dermawan) Mesir. Para dermawan menyalurkan santunan mereka lewat berbagai cara. Ada yang lewat masjid, lembaga nirlaba, dan organisasi mahasiswa.
Ada pula dermawan yang memberikannya langsung kepada mahasiswa yang dijumpainya secara spontan. Mereka mangkal di jalan. Begitu terlihat wajah-wajah Asia sepeti Thailand, Malaysia, dan Indonesia mereka langsung menyapa.
"Anta azhary?" (kamu pelajar al-Azhar).
"Aiwah ya sayyidi (betul tuan)."
Jika bisa menunjukkan karneh (kartu pelajar), serta merta mereka akan memberikan santunannya. Jumlah musa'adah yang diberikan bagi kami juga beragam. Mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 500.000. Itu baru dari satu dermawan. Sedangkan tiap pelajar al-Azhar bisa mencari musa'adah lagi di tempat lain.
Musa'adah ini biasa dikeluarkan oleh para dermawan mendekati hari raya Idul Fitri. Biasanya setelah malam Nuzulul Quran lewat. Seorang kawan dari Jombang, Jawa Timur, pernah mendapat musa'adah sekitar Rp 12 juta di ujung Ramadan. (rul/tap)
*) Jurnalis BBC dan Ketua Komunitas Penggerak Baca dan Karya Langit Tobo
**) Foto Ilustrasi dari terasrubungan.wordpress.com