Di Balik Tabir Dia Berselingkuh
Kamis, 26 Januari 2017 23:00 WIBOleh Totok AP
Oleh Totok AP
MEMANG berat menjembatani atau memediasi dua pihak yang berselisih. Apalagi kalau keduanya sudah terlanjur menggenggam erat rasa benar sendiri. Kalau tidak ada kerelaan membuka diri, pikiran dan hati, tangeh lamun bisa rukun dan berbagi.
Apa lah faedah dari perselisihan. Tak ada, yang sering malah membawa korban pihak lain yang tak bersalah. Minimal prasangka pihak lain itu jadi terbelah dua. Inikan menyiksa. Apalagi kalau yang tak tahu apa-apa itu jemaah rumah ibadah.
Sebut saja, perselisihan pengurus rumah ibadah di Kota B. Kedua pihak kebacut lehe menggenggam kebenaran "relatif". Satu pihak pegang kebenaran dari putusan pengadilan agung. Pihak satunya lagi berpegang pada kebenaran lain, entah kebenaran siapa? Apakah kebenaran kroninya, juragannya, pesan sponsornya, atau syahwatnya, tak banyak yang paham.
"Lho, di sini kan rechtstaat alias negara hukum. Ya harus to, kita berpegang pada putusan hukum. Ini memang termasuk kebenaran relatif, tapi dianggap mutlak di negeri ini. Bagaimanapun kebenaran ini harus diyakini sebagai patokan mewujudkan keadilan sesama," kata si A.
"Anda ini kayak ndak tahu kondisi penegak hukum di negeri ini saja," sahut si B.
“Memang ada apa?"
“Sssttt...di sini banyak perselingkuhan penegak hukum," bisik si B.
"Anda jangan menggeneralisir...anda jangan suuzan," kesal si A.
"Saya tidak menggeneralisir. Ini atas dasar pengalaman. Ini fakta, tapi entah fakta nomer berapa...he..he..." kelakar si B.
"Saya yakin masih sangat banyak penegak hukum yang baik. Yang buruk itu sangat-sangat sedikit. Tapi, bukankah di negeri ini ada peribahasa, karena nila setitik rusaklah susu sebelahnya...eh sebelanga," imbuh si B sambil tertawa.
(Intermezo saja, kemarin anak saya menunjukkan postingan gambar di WA ibunya. Di gambar itu ditulis besar, kalau tidak salah, AWAS Jangan Konsumsi Nila, Sangat Berbahaya!!! Terus diberi foto gambar ikan nila berbagai ukuran. Karena penasaran saya pun merebut HP ibunya itu. Keyakinan saya sempat berontak, masak ikan nila beracun?! Sebab saya ini termasuk penyuka nila, apalagi kalau Nila Seroya...Nila Angraeni...Nila Sujinem...eh...eh...
Saya baca seksama, ternyata hanya kelakar, "Jangan suka konsumsi nila, apalagi kalau dicampur dengan susu. Bukankah anda tahu, karena nila setitik rusaklah susu sebelanga?!"
Bekas menteri BUMN era SBY, Pak Dahlan Iskan bahkan pernah berseloroh, karena nila setitik rusaklah susu semalinda...ha...ha...plesetan pak menteri saat kasus korupsi malinda dee mencuat dulu)
"Saya juga tidak suuzan. Bahkan saya ini sangat kusnuzan," imbuh si B lagi.
"Kamsudnya?" buru si A dengan istilah gaul Kera Ngalam.
"Saya ini sudah berusaha keras untuk membuang jauh-jauh suuzan. Bahkan tutup mata, tutup telinga, dari sangkaan buruk terhadap penegak hukum. Tapi setiap kali bangun tidur, bisikan terlampau kuat, dari telinga kanan-kiri, mata, tentang berita adanya perselingkuhan itu. Akhirnya, jangan salahkan pertahanan kusnuzan saya pelan-pelan runtuh terhadap si penegak hukum," tutur si B bernada sedih.
"Wis ra sah takon penegak hukum ki sapa ae, kayak wartawan tanya terus. Kowe roh dewe," lanjut si B.
"Lho nek ngono, perselisihan rumah ibadah itu bisa jadi gara-gara perselingkuhan?" pancing si A.
"Termasuk mediasi-nya kemarin?" imbuh si A.
"Halah, malah nggladrah kamu itu. Wis-wis sido ra nyambut gawe ki. Jagongan ngayawara tok," sahut si B sambil tertawa lebar.
"Eh ya, wingi jare enek wong ditabrak sepur,” celetuk si B tiba-tiba.
"Lho, lak terus berusaha membelokkan isu. Mirip politikus saja, bersilat lidah," sambut si A.
"Ora sah bawa-bawa kata silat. Hati-hati sedang rawan ha...ha...," tawa si B.
Demikianlah jengkeran antara si A dan si B. Tak ada hasil, meski isunya membumi. Tapi mereka tetap rukun, karena mempunyai mimpi yang sama, yakni menjauhi semua perselisihan. Tulus ikhlas. Bukan sekadar pencitraan, difoto bersalaman berangkulan sama-sama mesem, tetapi dalamnya hati siapa tahu. Negeri ini memang kaya, bukankah begitu? Pembacalah yang lebih tahu. (*)
*) Ilustrasi dari Berita Bener