Setelah Banjir Bengawan Solo Surut
Petani di Padangan Senang Air Banjir Genangi Sawahnya
Selasa, 09 Februari 2016 14:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Padangan - Banjir yang merendam lahan pertanian kerap menyusahkan para petani. Gagal panen, puso, atau matinya benih padi baru tanam, menjadi kabar buruk yang selalu menyertai datangnya banjir.
Padahal tidak selalu demikian. Buktinya, di Desa Nguken, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, air banjir yang menggenangi persawahan malah disyukuri. Petani desa setempat malah memanfaatkan air banjir untuk mengolah lahan menjadi siap tanam.
Sebut saja, Wasiran (54), seorang petani Desa Nguken. Pagi itu dia tampak sibuk dengan sabit di tangan. Sigap dia membabat sisa batang jerami di lahan sawahnya. Batang jerami tampak masih tinggi. Seperti sawah yang belum dipanen. Sementara itu air banjir merendam lahan swahnya setinggi setengah lutut.
"Kita kemarin panennya pakai peralatan mesin, Mas. Jadi cuma dipotong bagian pucuk yang ada biji padinya," jelas Wasiran saat ditemui beritabojonegoro.com (BBC) di lahan sawahnya di Desa Nguken, Selasa (09/02).
Dia menambahkan, sisa-sisa batang jerami harus dibersihkan dulu sebelum dibajak. Adanya air, kata dia, pertanda bahwa sisa jerami itu harus segera dibersihkan. Jika sudah dirasa bersih, maka dia baru akan membajaknya dengan traktor.
"Saat membajak itulah dibutuhkan air dengan jumlah yang cukup besar. Alhamdulillah, air tidak usah dicari, eh malah datang sendiri," ujarnya sembari tertawa.
Masuk tahap pembajakan lahan ini, Wasiran meneruskan, membutuhkan waktu kira-kira 3-5 hari. Kali ini dia mengaku senang, karena ketersediaan air melimpah, akibat banjir Bengawan Solo. "Kalau tak ada banjir, saya harus keluar biaya untuk menyedot air dari Sungai Nguken, yang mengular di sekitar persawahan," tuturnya. (rul/tap)